Visión: Tanda Tanya [chapter 5]


Minggu, 15 November 2016

Suara gesekan ranting pohon mengembalikan kesadaranku. Hari nampaknya sudah cukup siang, matahari telah bersinar terik.

“Sekarang sudah jam sepuluh mas.”, jawab seorang pedagang es krim ketika aku bertanya pukul berapa sekarang.

Aku beranjak pulang ke kos, tetapi ingatanku kembali pada kejadian semalam. Kakiku langsung saja bergerak berlari mencari angkot yang menuju ke kantor polisi. Sesampainya disana aku melaporkan tentang penemuan kepala itu kepada polisi-polisi yang ada disana. Mereka sempat tidak percaya, tetapi aku bersi keras membuat mereka percaya.

Setelah perbincangna lama, akhirnya mereka mempercayaiku, aku dan beberapa polisi akhirnya pergi menuju tempat kepala itu berada.

Tetapi sesampainya disana, aku sangat kebingungan. Kepala itu hilang dan kondisi tanah disana tidak gembur seperti sebelumnya! Orang itu pasti telah memindahkannya.

“Tapi saya tidak mabuk pak, saya menemukan kepala di sini!”, ujarku setelah mereka menuduhku mabuk

Aku menulusuri tempat itu sekali lagi, dan kulihat pria tanpa kepala itu sedang berada di tepi danau, kemudian tangan kanannya perlahan terangkat dan mengarahkannya ke tengah danau.

“Ditengah danau pak!”, teriakku kepada polisi-polisi itu

Mereka menuduhku gila, tetapi sekali lagi aku berhasil meyakinkan mereka. Setelah satu jam pencarian, akhirnya kepala itu berhasil ditemukan. Dan mereka membawanya untuk diotopsi.

Tiba-tiba saja, aku ingat wajah kepala itu! itu adalah kepala seseorang yang mengajak wanita itu pergi dari rumahnya, tapi siapa dia? Apa hubungannya dengan si wanita itu? hmm.. Jadi begitu akhirnya, dia tewas dipenggal oleh orang lain, atau bahkan dimutilasi? Aku tidak tahu

Aku ingat sekali lagi! ya! Jantungku tiba-tiba saja berdegub kencang! Suami dari wanita itu, orang yang mengejarku ketika aku menemukan kepala itu, orang yang duduk disebelahku saat aku berada di dalam bus adalah orang yang sama! Gila!

“Pak, beberapa waktu yang lalu, apakah ada seorang wanita yang melaporkan bahwa anaknya diculik?”, tanyaku tiba-tiba kepada salah satu petugas polisi disitu.

“Waduh, kalau kasus penculikan biasanya banyak, dik. Jadi saya nggak tahu pasti yang adik maksud itu penculikan anak yang seperti apa”, jawab petugas itu acuh.

Dasar tidak berguna, apakah aku harus menyelesaikan masalah ini sendirian? Oh, aku tahu harus mengajak siapa! Wiwi!

Jangan! Jangan melibatkan orang lain dalam masalah ini, aku tidak ingin ada orang lain yang terancam bahaya. Baiklah, mungkin aku harus memecahkannya sendiri. Tetapi dari mana aku harus memulai semuanya? Dari mana aku harus mencari orang itu?

Oh, aku tahu, pertama-tama, aku harus mencari rumah keluarga itu sebelumnya, lalu mungkin aku bisa menemukan petunjuk kedua. Ah! Bodohnya aku, bagaimana caranya agar aku bisa menemukan rumah itu? yang aku tahu hanyalah salah satu ruangan itu saja.

Atau aku harus membiarkan para polisi ini saja yang menanganinya? Entahlah, aku sudah terlampau jauh masuk kedalam masalah ini, memang sepertinya tidak ada jalan lain lagi, selain memecahkan misteri ini

Perasaanku menjadi tidak nyaman. Dan benar saja, dari kejauhan aku melihat pria tanpa kepala itu lagi sedang berdiri dipinggiran danau, dia berjalan mengikuti para polisi yang membawa kepalanya. tiba-tiba saja dia seperti menoleh dan berlari ke arahku. Semakin dekat, semakin dekat, dan semakin dekat. Aku mencoba untuk tidak berlari dan tetap diam ditempatku berdiri, tetapi sepertinya otakku tak sanggup melawannya. Lalu aku terjatuh seperti ditabrak sangat keras, sampai aku terjatuh.

Nafasku sesak, mataku kembali buram. Orang-orang yang berada disana mulai mengelilingiku. Aku tidak dapat mendengar apa yang dibicarakan oleh orang-orang itu. kini telingaku mulai berdengung. Dan sebuah tangan mendatangiku, dia menutup mataku.

Seluruh inderaku seperti dilumpuhkan, dan aku dipaksa melihat didalam kegelapan. Hal yang dapat aku rasakan pertma kali adalah tetesan air yang satu persatu jatuh ke lantai, dilanjutkan oleh suara hujan, lalu petir.

“Lalu kenapa kamu tnggak cerai’in aja aku?!”, teriak seorang wanita

“Iya, aku bener-bener goblok!, seharusnya aku sudah nyerai’in kamu dari dulu, atau emang nggak usah nikahin kamu dari dulu!”, balas seorang pria

“Kamu memang Suami biadab!!”, lanjut teriakan wanita itu.

“Biadab? Biadab katamu? Siapa yang biadab? Dasar perempuan tidak tahu diri!”, balas pria itu lagi

Kemudian terdengar suara benturan ditembok yang berulang kali! suara jeritan wanita itu! suara benda tumpul yang berulang kali dihantamkan! Dan suara wanita itu kini tak terdengar lagi. sepertinya suaminya telah membunuhnya.

Kegelapan itu kini perlahan menghilang, dan jelas sekali terlihat oleh mata kepalaku, pria itu membuang jasad wanita itu kedalam sebuah jurang ditengah malam. Aku tidak mengenali tempat itu, karena memang dikota inii tidak ada jurang ataupun hutan dengan pemandangan seperti itu.

Tunggu, sepertinya aku mendapatkan ide, aku pernah mendaki sebuah gunung dan mencari rumahku dari atas sana. Benar dugaanku!, aku menemukan kotaku dari atas jurang ini,  aku ingat sekali gedung pencakar langit yang bentuknya seperti itu! berarti kalau dapat aku perkirakan, jurang ini berada di sebelah tenggara kotaku!

Terdengar suara mobil yang menyala, pria itu mengendarai mobilnya, dan pergi dari tempat itu. semuanya kembali gelap, semuanya.

“Sudah bangun ternyata”, ujar seorang pria yang suaranya tidak kukenali. Mataku mencoba beradaptasi dengan cahaya lampu yang sangat terang diruangan itu. sampai aku dapat mengenali siapa pria itu.

Dia adalah pria yang kepalanya terpenggal, tetapi sekarang dia memiliki kepala. Maksudku, kepalanya telah kembali.

“Sebaiknya kamu jangan bangun dulu”, ujarnya.

Tunggu, apakah dia baru saja berbicara kepadaku?

“Jangan bingung, aku akan membantumu memahami semuanya”, kata pria itu, “karena aku memang mengetahui semuanya”, lanjutnya sembari tersenyum, aku tidak tahu apa arti dari senyuman itu

“Tetapi, sebelumnya, apakah kau memiliki pertanyaan terdalam yang ingin kau tanyakan kepadaku?”, dia berbicara lagi

Tanpa pikir panjang, aku langsung bertanya dengan sangat polos, “apa kau hantu?”. Dia malah menertawaiku sampai terbahak-bahak.

Dia berkata kepadaku bahwa setiap orang dilahirkan dengan seorang kembaran yang selalu bersamanya sampai akhir hayatnya. Mungkin memang benar, dia adalah kembaran dari pria itu, tetapi aku rasa ada yang aneh.

Percakapan kami berujung pada permasalahan yang sebenarnya, dia menjelaskan tentang semua hal yang ingin aku ketahui. Dia berkata bahwa pria yang membunuhnya adalah suami dari wanita itu,benar dugaanku!. Dia bilang juga bahwa, pria yang membunuhnya juga membunuh anak dan istrinya dengan sangat kejam, dia memukul istrinya dengan sebilah kayu, dan membenturkan kepalanya ke vas besar yang terbuat dari keramik sampai pecah, maksutku sampai kepala wanita itu pecah! Anaknya dibunuhnya dengan sangat kejam, dia menjatuhkan anaknya sendiri dari rooftop sebuah toko buku!

Kau tahu apa yang ada di pikiranku? Orang yang tega membunuh anak dan istrinya itu harus mendapat balasan yang setimpal! Kata-kata dibayar kata-kata!, nyawa dibayar nyawa! Jika dia membunuh satu orang, maka dia harus kubunuh satu kali, begitu juga apabila dia membunuh tiga orang, maka dia akan kubunuh sampai tiga kali!

“Dan kau? Bagaimana kamu bisa terbunuh?”, tanyaku pada pria itu

“aku dibunuhnya ketika itu aku sedang berada di rumahnya, hendak melaporkannya ke polisi. Kami masuk dalam baku hantam yang amat dahsyat, aku hampir saja mengalahkannya, kemudian dia mengambil sebilah pisau didekatnya, lalu menusukku, dan ketika aku kesakitan tidak berdaya, dia langsung menggorok leherku. Kepalaku dikuburkan di tepi danau itu, dan bagian tubuhku yang lain... kau tidak perlu tau dimana, karena kau pasti akan muntah jika aku menceritakannya”, jelasnya panjang lebar, dan kamipun tenggelam dalam diam.

“Aku akan membantumu membunuh orang itu!”, ujarku penuh amarah

“apa?! Kamu nggak perlu ngelakuin itu. biar semuanya mengalir seperti air”, balasnya

“Tidak!, nyawa harus dibayar nyawa!”, ucaoku padanya

“hmm.., kalau kamu emang pingin ngelakuin itu, aku nggak bisa nyegah kamu, toh aku nggak bisa nyentuh kamu kan?”, jawabnya santai

Aku pun keluar dari tempat itu, dengan beribu-ribu rencana, tentang bagaimana caranya aku dapat membunuh orang itu! tetapi, bagaimana caranya aku dapat sampai ketempat ini, padahal sebelumnya aku pingsan? Ahh.. itu tidak penting, aku harus mencari cara agar orang itu dapat mati ditanganku!

Malamnyadia mendatangiku lagi

“kamu lagi bingung?”, tanyanya

“Nggak kok, Cuma lagi mikir mata kuliah yang tadi”, jawabku tidak mengaku

Dia tiba-tiba saja tersenyum padaku, “Oh, iya namaku Ori”, lanjutnya memperkenalkan diri

Aku tidak menanggapinya, dan lanjut berpikir bagaimana caranya agar aku dapat menemukan orang itu.

“Bagus, namanya Bagus. Lalu istrinya Talia, dan akan mereka berdua Tanti.”, lanjutnya lagi, aku tidak tau apa maksud dia mengatakan itu.

“Oke, kalau kamu tetap bersi keras nggak mau aku bantu nyari Bagus, emm.. gini aja, aku bakal kasih tau clue yang bisa bantu kamu nyari dia. Ya, walaupun kamu nggak butuh, tapi apa salahnya, kan?”

Awalnya aku tidak mau, tetapi dia memaksa, dia meletakkan tangannya didepanku, dan seluruh kata-kata ini masuk kedalam otakku

“vpih nua yu xu xpi hulxh, nua'ff tohr xpi fiaduor'z xuvil, ehr nua'ff dhuv xpili'z e yfezz ehr wilegow. vpih e leohquv zwlieg ehr xpi tfuvilz feayp ex nua, xpi oluh toli voff zxeq nual iel. nua'ff yuhhe dhuv vpili’z xpi jfewi zuuh.“


Aneh kan? Sepulang kuliah aku mencoba mengartikannya di Google translate, mulai dari Arab sampai Zulu, aku tidak menemukan hasil apapun. Baiklah, mungkin aku harus bekerja labih keras.

Malamnya aku masih tidak dapat memecahkan clue itu, sampai otakku terasa panas sekalipun. Akhirnya aku memutuskan untuk pergi keluar.

“Sepertinya aku butuh kopi”, pikirku

Aku pergi menuju warung kopi langgananku, tidak, bukan warung kopi yang waktu itu, tetapi warung kopi lain. Dekat rumahku. Aku memesan kopi hitam dan membuka game yang ada di smartphone-ku.

“Padahal, dia itu orangnya baik”, ujar seseorang disebelahku, dia sedang berbincang-bincang dengan temannya

“Iya dia sopan, dia itu kakak kelasku dulu. Aku semester 1, dia sudah semester 7. Gak nyangka meninggalnya kayak gitu.”, lanjut temannya

“Kepalanya dibuang di danau, lha badannya belum ketemu?”, tanya orang yang berada disebelahku, sepertinya aku tau yang dibicarakan oleh mereka

“Belum, kamu tau nggak siapa yang bunuh? Aku sih denger-denger sahabatnya sendiri pas dulu masih kuliah, aku juga nggak tau, dan nggak mau ikut campur. Biar polisi aja yang ngurus!”, jelasnya lagi

“Eh, permisi mas, maaf saya tadi sdikit nguping pembicaraannya mas-mas, eh.. tadi yang dimaksudkan mas-mas?”, tanyaku penasaran

“Ohh.. iya mas, ini.. kakak kelasku dulu ada yang tewas dipotong lehernya mas, ngeri”, jawabnya

“Ori?”, tanyaku tanpa basa-basi lagi

Mereka terkejut mendengar aku menyebutkan nama itu. aku mengatakan bahwa aku lah yang menemukan kepalanya, malah mereka menjadi lebih terkejut lagi. aku tidak bermaksud narsis, tetapi aku hanya butuh seseorang untuk menceritakan semuanya, walaupun aku tahu sebenarnya mereka adalah orang yang tidak aku kenal.

“mas tau dimana rumahnya si Bagus?”, tanyaku lagi

“waduh mas, agak jauh dari sini, saya sih nggak tau pastinya dimana, tapi katanya di daerah ********”, jawabnya tidak tahu menahu. Setelah sekian lama berbincang-bincang, akupun kembali ke tempat kosku

Baguslah! Daerah itu adalah daerah yang luas, aku tidak akan menemukannya dalam satu kali pencarian saja! Aku tidak dapat menunggu lebih lama lagi. Atau aku harus kembali kepada clue itu?


*bersambung*

Komentar

Postingan Populer