Visión: melirik [chapter 3]



Jumat, 13 November 2015
Source: Google

Aku kembali di halte tempat biasanya aku menemukan wanita itu, dan benar dugaanku, dia ada disana. Sedang duduk seperti biasanya. Aku menghampirinya dan duduk disebelahnya. Kemudian dia menangis, aku mencoba melihat kedalam matanya, tetapi matanya penuh dengan air mata, aku tidak dapat melihat apapun disana, dan tiba-tiba dia berdiri, tangannya seolah-olah sedang menarik-narik sesuatu, sepertinya sedang menarik tangan anaknya, dia berhasil menariknya, kemudian menggendongnya, tetapi seperti ada seseorang yang merebut anaknya, dia seolah-olah menjerit, dan kemudian berlari mengejarnya.

Aku pun ikut berlari mengikutinya, tetapi kemudian dia berhenti dan menangis sejadi-jadinya. Dia seolah-olah meminta bantuan orang lain yang ada di sekitarnya, tangannya seperti menarik-narik baju orang lain. Dia mencoba berlari mengejarnya lagi, dan berhenti di pinggir jalan, tangannya seolah-olah menggedor-gedor pintu mobil sambil terus terisak-isak, lalu dia terjatuh ke tanah. Sepertinya mobil itu mulai melaju, sehingga dia terjatuh.

Kini aku sedikit tahu, anaknya direbut, atau mungkin diculik oleh seseorang, tetapi siapa? Orang yang tidak menyukainya? Atau ayah dari anak itu? Sepertinya memang begitu, wanita itu ingin bercerai dengan suaminya, sehingga terjadilah perebutan anak. Ya, seidaknya itulah yang klise atau biasa terjadi di masyarakat kita, bukan?

Entahlah, ada yang ganjil disini, tetapi ini semua merupakan kejadian yang baru dalam hidupku. Kalau memang benar mereka hantu, aku tidak pernah melihat sosok hantu sejak aku kecil. seluruh keluargaku pun tidak ada yang memiliki darah seorang cenayang atau apapun itu.

Tetapi, kalau mereka bukanlah hantu, lalu apa mereka? Oh, aku pernah membaca sebuah artikel di sebuah blog di internet, yang menyebutkan bahwasanya ingatan atau perasaan yang kuat terhadap suatu peristiwa, akan membuat peristiwa itu hidup dan memiliki jiwa. Jadi, apakah mereka hantu, ataukah serangkaian peristiwa?

Hal ini mirip seperti Clairvoyance, sebuah kemampuan melihat serangkaian peristiwa  di suatu tempat, yang terjadi di masa lalu, bahkan masa depan. Dan tentunya, bakat ini hanya dimiliki oleh orang-orang terpilih alias indigo. Tetapi, seperti yang aku katakan tadi, didalam silsilah keluargaku tidak ada satupun yang meimiliki darah cenayang ataupun indigo. Atau memang mereka menutupinya? Entahlah.

Wanita itu kini seolah-olah mengemasi barang-barangnya, lalu dia berlari ke halte. Dia seolah-olah melambai kepada angkutan umum, dan seolah-olah menaiki angkot. Ini lucu sekali, ini mengingatkanku kepada film kartun favoritku semasa kecil, “Spongebob Squarepants”, ketika Mermaidman dan Bernacle Biy menaiki The Invisible boat mobile.

Kelucuan itu seketika hilang ketika wanita itu melaju dengan cepat, dan kini aku kehilangan jejaknya, lagi. tidak ada bus yang berhenti saat itu, menghubungi uber taxi pun tidak akan sempat menyusulnya. Tetapi kemana wanita itu pergi? Menuju kantor polisi? Mungkin saja. Aku langsung mencegat angkot yang kebetulan lewat dan menuju kantor polisi.

Aku tidak tahu pertimbangan apa yang aku gunakan, sehingga aku dapat menyimpulkan bahwa wanita itu sedang menuju kantor polisi. Tetapi itu adalah hal yang logis. Tentunya polisi akan bertindak disetiap terjadi tindak kejahatan, bukan?

Angkot ini melaju begitu lamban, aku mendapati wanita itu hanya duduk dan menangis didepan kantor polisi. Sepertinya laporannya tidak diterima, apakah mungkin karena belum 24 jam? Huh.. kenapa kita harus menunggu dalam jangka waktu yang cukup lama, ketika seseorang yang kita cintai terancam bahaya?! Negeri ini sungguh kejam.

Wanita itu kembali seolah-olah menaiki angkot, tetapi kini aku tidak mengikutinya. Menurutku, sudah terlalu banyak yang aku ketahui untuk hari ini. bahkan aku mengorbankan kuliahku hanya untuk wanita itu, jadi kurasa cukup untuk hari ini.

Aku beranjak mencari angkot untuk pulang kerumah, tetapi hari masih belum terlalu malam, aku bisa mati kebosanan jika harus pulang di siang bolong begini. Jadi, aku memutuskan untuk pergi saja ke taman kota, kenapa? Aku tidak tahu harus kemana.

“Bang, ke tamkot ya”, ujarku kepada supir angkot

Seperti biasa, angkot siang hari pasti penuh berdesakan. Kulihat beberapa ibu-ibu sepertinya baru pulang dari pekerjaannya membawa beberapa barang. Disudut sana seorang kakek sedang melamun, mungkin sedang melamunkan masa mudanya? Isi otak manusia berbeda-beda, seiapa yang tahu?

Akhirnya, aku tiba di taman kota. Tempat ini memang biasa menjadi tujuanku ketika aku pikiranku suntuk. Biasanya, aku duduk di salah satu kursi taman, didekat anak-anak biasa bermain wahana yang ada di taman tersebut. Ya, aku suka melihat anak-anak tertawa, tetapi bukan berarti aku adalah seorang pedofil, aku hanya senang ketika melihat anak-gadis kecil dapat menikmati masa kecilnya.

“eh, adik, gantian kalo main ayunan, jangan rebutan”, tutur seorang ibu kepada kedua anaknya yang masih kecil. Disudut yang lain, seorang anak sedang bermain jungkat jungkit bersama ibunya sang sembari menyuapi makanan kepada anak itu.

 Berbicara tentang gadis kecil yang diculik itu, Ayah macam apa yang tega memisahkan anak yang masih kecil dari ibunya? Memang aku belum tahu pasti siapa sebenarnya yang menculik anak itu, tetapi kemungkinan besar pasti ayahnya. Siapa lagi kalau bukan ayahnya? Tetangganya?

Aku melamun sejenak memikirkan tentang kemungkinan-kemungkinan ayah itu menculik anaknya sendiri. Sampai mataku terbelalak, tertuju kepada salah satu sudut, tepat dibawah pohon, disebelah kiri jungkat-jungkit. Seorang anak yang masih belum bisa aku lupakan wajahnya semenjak kejadian di toko buku!. Ya! Anak itu, dia duduk disana! Melamun!

Aku menghampiri anak itu, tetapi dia takut kepadaku dan berlari. Aku belum dapat meastikan apakah dia hantu atau serangkaian peristiwa. Apabila dia hantu, kenapa dia menjadi takut kepadaku? Dan apabila dia adalah serangkaian peristiwa, berarti aku berdiri di tempat seseorang, dan orang tersebut  yang membuatnya takut.

Aku mengikuti langkah kaki gadis kecil itu, dia melewati beberapa pepohonan. Sepertinya dia sedang dikejar oleh seseorang, lalu kemudian dia menghilang.

Berhentilah kakiku di pinggir danau, disudut taman yang cukup sepi, disana hanya ada semak-semak yang tebal, dan beberapa pohon yang hampir tidak terawat. Kau sedang ketakutan, ataukah sedang menggiringku kemari? Baiklah, kini aku harus jeli, aku perhatikan sekitar tempat itu, sepertinya tidak ada yang aneh. Kuperiksa lagi seluruh penjuru arah, dan seluruh bagian tempat itu, mulai dari semak-semak, pepohonan, bahkan danau pun tidak lepas dari pandanganku.

Baiklah, kuputuskan tidak ada yang aneh, walaupun sebenarnya hatiku berkata ada yang ganjil. Tetapi kuperhatikan sekali lagi, di permukaan tanah tempat itu, terdapat sebuah bercak aneh, dan tanahnya gembur, seperti tanah yang sempat digali beberapa kali.

Pundakku serasa disentuh oleh seseorang ketika aku memeriksa keadaan tanah itu. Dan ketika aku menoleh, seorang pria dengan kemeja biru kotak-kotak dan celana yang berdarah-darah sedang berdiri tepat dibelakangku! Ditambah lagi, dimana kepala orang itu?! aku dapat melihat dengan jelas, tenggorokan dan kerongkongan bercucuran darah segar yang terputus seperti bekas penggalan oleh senjata tajam. Aku yang terkejut langsung saja berlari terbirit-birit meninggalkan tempat itu.

“Huh.. apa tadi itu. siapa dia?”, ujarku dalam hati

Tanganku dingin bergetar tidak karuan, begitu pula detak jantungku. Kurasa sudah teralu banyak yang aku ketahui. Entah apa yang akan terjadi apabila aku mengetahui lebih banyak lagi.



*bersambung*




Komentar

Postingan Populer