cerita pendek sains fiksi - Tukang Tidur
Cerita Pendek sains fiksi
Tukang Tidur
Catatan Perjalanan Antar Dimensi
Tukang Tidur
Catatan Perjalanan Antar Dimensi
Oleh: Fahmi Nizar Maulana
![]() |
source: google.com |
Selama sejarahnya terlelap diatas kasur, akhir-akhir ini Norman tidak pernah merasa benar-benar tertidur lelap. Tidur baginya hanya membuat tubuhnya semakin remuk, pernah sesekali memar dan luka secara misterius muncul di beberapa bagian tubuhnya. Segala usahanya untuk membuat tidurnya menjadi nyenyak kembali hanyalah sia-sia. Tidak ada satupun obat ataupun penanganan medis yang dapat membantunya tidur dengan nyenyak. Dan apabila kau pikir Norman tidak dapat tidur dengan nyenyak karena stres, maka kau salah besar. Kehidupan Norman nyaris sempurna. Ya ya yaa m-mungkin tidak terlalu sempurna, tetapi setidaknya tidak banyak hal yang dapat membuatnya tertekan. Hanya saja, beberapa waktu lalu ia sempat terpeleset di kamar mandi dan kepalanya terbentur wastafel dengan sangat keras, kemudian mulai saat itulah tidurnya tidak pernah senyenyak tidur-tidur sebelumnya. Aku tau, ini terdengar klise, tetapi kau belum mendengar cerita terbaiknya bukan? Bukan, aku tidak bermaksud mengatakan bahwa terbenturnya kepala Norman adalah cerita yang pantas untuk diceritakan, aku berbicara apa yang terjadi setelahnya.
Mimpi terkadang dikaitkan dengan sesuatu yang supernatural. Banyak orang mengaitkan mimpi dengan pertanda atau ramalan yang akan datang dimasa depan mereka. Aku tidak tahu mengenai hal itu, bisa jadi benar, bisa jadi salah. Tetapi aku tidak ambil pusing akan hal itu. Tetapi apa yang mungkin akan terjadi apabila mimpi seseorang terasa mempengaruhi kehidupanmu secara tidak langsung? Seperti luka memar dan luka di tubuh Norman yang tiba-tiba saja muncul? Ya yaa.. ini terdengar lucu atau mungkin tidak lucu sama sekali. Pada awalnya, Norman merasa ada seseorang yang pada tengah malam menyelinap kedalam kamarnya, dan diam diam menyakiti dirinya. Ya, mungkin saja. Tetapi hal itu tidak masuk akal? Kau bisa bayangkan tidur macam apa yang manusia normal lakukan biasanya. Aku tidak terlalu pandai dalam ilmu sains, tetapi bukankah otak dan tubuhmu (yang dalam keadaan tidur) akan terbangun apabila mendapat rangsangan dari luar? Dan kau bisa bayangkan rangsangan apa yang Norman dapatkan kan? Bagaimana seseorang tidak bangun ketika dipukul dengan keras sampai memar? Obat bius? Norman sudah beberapa kali memeriksakan dirinya ke dokter, dan tidak ada indikasi obat apapun yang masuk kedalam tubuhnya. Lalu apa? Makhluk halus? Vodoo? Santet? Mungkin saja. Tetapi mari kita kembali kepada mimpi yang kita bahas sebelumnya. Aku rasa semua orang memiliki mimpi bukan? Ingatan terhadap mimpi akan menghilang sesaat setelah kesadaran kembali seutuhnya. Tetapi hal yang baru saja aku sebutkan tidak berlaku terhadap Norman, maksudku mimpi yang dialami oleh Norman sangat-sangat nyata. Kau bisa bayangkan, dia bilang rasanya seperti masuk kedalam dunia virtual, tetapi tubuhnya tidak dapat dia kendalikan, sama sekali. Bagaimana mimpi tidak terasa nyata apabila kau dapat merasakan cahaya matahari yang menyengat, basah air hujan, suara telepon berdering, bahkan rasa gatal karena gigitan nyamuk? Norman hanya menjadi pihak ketiga dimana dia hanya dapat melihat tubuhnya seolah-olah diambil alih oleh seseorang.
Kau bisa sangkut pautkan kejadian ini dengan “lucid dreaming” atau hal semacamnya, terserah bagaimana kau menyebutnya. Yang jelas, dan dalam sepengetahuanku, bahwa lucid dreaming adalah kondisi dimana seseorang dapat mengendalikan mimpinya (umm.. aku rasa, kata “mengendalikan” terlalu berlebihan, tetapi yaa.. seperti itulah). Sedangkan apa yang dialami Norman jauh berbeda dengan “lucid dreaming”, dia melihat dirinya sendiri (dari dalam tubuhnya), tetapi dia bergerak diluar kehendaknya. Dan tebak, apa yang Norman baca di kartu tanda pengenalnya? Oke, memang tanggal lahir, nama dan hal yang lain memang sama dengan Norman, tetapi foto yang tertera disana sama sekali bukan Norman (wajah, struktur tulang tengkorak dan warna kulitnya memang sama, aku berbicara tentang gaya rambut, gaya berpakaian, dan lain) dtambah lagi, pekerjaannya selama ini jauh berbeda dengan Norman. Norman yang sekarang bekerja sebagai penjaga kasir, dalam mimpi yang dilihatnya itu, dia bekerja sebagai redaktur sebuah koran ternama. Apa lagi ini? Kepribadian ganda? Skizofernia? Bipolar? Tidak, semuanya memiliki diagnosa yang berbeda dengan apa yang dirasakan Norman.
Sekarang biar aku bertanya kepada kalian, apabila kalian mengalami gangguan medis (anggap saja begitu) yang sama seperti yang dirasakan oleh Norman, apa yang kalian lakukan? Pergi ke dokter psikoterapi? Pengobatan alternatif? Bertanya kepada tetangga dan kerabat serta teman apakah mereka selama ini melihat kau bertingkah aneh? Itu semua pernah dilakukan oleh Norman, tetapi lagi-lagi hidupnya terasa normal. Dia juga pernah menduga bahwa dirinya mengalami gangguan jiwa. Tetapi rekan kerjanya tidak merasa ada yang aneh pada Norman. Hanya saja wajahnya yang semakin pucat dan kantung matanya yang menebal. Putus asa dirasakannya berkali-kali, obat tidur diteguknya setiap malam, namun usahanya tidak menghasilkan apa-apa. Dia mulai putus asa dengan berkonsultasi dengan dokter-dokter diaekitar rumahnya, jadi dia mulai merasa untuk mencari kebenaran yang dari dulu dia inginkan, yakni melalui internet. Tindakanya mungkin sangat konyol, tapi.. hei, setidaknya info itu didapatkannya dari internet, jadi info itu pasti benar adanya. Benar kan?
Melalui internet, dia menemukan seseorang yang mengalami gejala yang sama seperti yang dialaminya. Wanita ini dapat dibilang cukup aneh, dan seperti seorang yang gila. Dia bernama Lucy, dia juga mengalami hal yang sama dengan Norman. Melihat kemungkinan bahwa Lucy adalah orang yang akan mengerti dengan anomalinya, tanpa pikir panjang Norman langsung menemui Lucy yang berada sangat jauh dari kotanya. Beberapa kali diambilnya dengan rute yang tak pernah ditempuh Norman sebelumnya, hanya untuk menemui seseorang yang baru dikenalnya dari internet. Lucy yang ditemuinya memiliki wajah yang cukup cantik, tetapi.. jangan menilai buku dari luarnya saja. Dan benar sesaat setelah Norman bertanya tentang gejalanya, Norman dapat menyimpulkan bahwa Lucy adalah orang yang gila, dia menganggap anomali ini seperti sebuah permainan, dan Lucy telah menaikkan level dirinya. Lucy berkata bahwa anomali itu bukanlah sebuah anomali, dia mulai berbicara mengenai dimensi ke-empat, koneksi, dimensi paralel, dan hal-hal yang tidak dapat dipahami oleh otak Norman yang pas-pasan.
“oke, aku rasa ini cukup gila”, ucap Norman yang tidak memahami perkataan demi perkataan Lucy
“kau benar, bahkan kau belum melewati bagian terbaiknya!”, balas Lucy dengan santai, “kalau kau tidak percaya dengan kata-kataku, ikutlah denganku, aku akan mengenalkanmu kepada seseorang”, lanjutnya dengan senang hati
“terima kasih Lucy, tapi aku rasa tidak”, jawab Norman yang menutupi kegelisahannya. Norman berpikir bahwa dia akan dibawa kepada orang yang lebih aneh lagi
“Ayolah, kau sudah menempuh perjalanan jauh demi hal ini bukan?”, Lucy memaksa Norman sambil menarik Norman yang hendak beranjak dari kursi ruang tamunya.
Tiba-tiba saja Norman mengubah pikirannya waaupin sedikit ragu, “baiklah, kenapa tidak?”, ujarnya dalam hati
“Kencangkan sabuk pengamanmu, karena semua hal ini akan bertambah tidak masuk akal”, Lucy mengucapkannya dengan penuh percaya diri, seketika mereka berangkat menuju rumah seorang dokter saraf, Dr.Willow.
Rumah Dr.Willow cukup besar, tidak.. ini bukan rumah, semacam villa atau apalah. Yang jelas, Dr.Willow tidak seaneh Lucy.
“ini adalah, alat pendeteksi gelombang otak”, Dr.Willow memperkenalkan alat yang terlihat aneh bagi Norman. “Tetapi bukan, itu saja, alat ini telah aku kembangkan sehingga dapat membantumu memperkuatan koneksi yang terhubung antara dirimu, dengan dirimu yang lain dalam dimensi lain”, ya. Dr.Willow sama anehnya dengan Lucy.
“tunggu dulu, maksdmu kita akan mencobanya kepadaku?”, Norman menjadi panik seketika
“Lalu apa tujuanmu kemari?”, Dr.Willow melontarkan pertanyaan retorika kepada Norman
“b-baiklah, tapi apakah kau pernah mencoba alat ini sebelumnya? Maksudku, apakah alat ini benar-benar bekerja?”, Norman semakin panik
“ya?”, Dr.Willow dengan singkat menjawabnya setelah matanya dan mata Lucy saling bertatapan
“Apa yang ya? Apakah prosedur yang kau lakukan itu legal, dan.....”, Norman semakin menjadi jadi, namun Lucy memotong perkatannya
“ssst.. Tenang saja Norman, aku pernah berada dalam posisimu sebelumnya”, ujar Lucy dengan nada yang menenangkan. Entah, seketika saja jantung Norman yang sebelumnya berdegub kencang kini menjadi kembali normal, tangan dinginnya menjadi hangat ketika kucy menggenggamnya.
“Oke oke.. lakukan.. tapi dengan cepat”, Norman dengan kikuk melepaskan genggaman Lucy, sepertinya dia salah tingkah.
singkatnya, Dr.Willow menempatkan 23 buah elektroda ke kepala Norman yang terhubung dengan alat lain yang tidak diketahui apa kerjanya, “sekarang, tidurlah”, singkat perintah Dr.Willow kepasa Norman
“tidur?”, Norman belum meyakini apa yang didengarnya
“ya, tidur.. seperti orang normal tidur”, jawabnya kembali.
Norman langsung saja berbaring di atas kasur yang telah disediakan disana, tidak butuh waktu lama untuk Norman tidur, karena pada dasarnya dia selalu mengantuk karena “tidak pernah tidur”
“Kau lihat, Lucy? Orang ini menunjukkan hasil nyaris sama denganmu”, tunjuk Dr.Willow kepada grafik yang muncul, ketika gelombang otak Norman masuk kedalam fase alpha. Alat yang bernama elektro encephalogram ini telah dikembangkan secara tidak sengaja dengan Dr.Willow, yang bahkan Dr.Willow tidak tahu kenapa bisa seperti itu.
“Dia sudah memasuki fase epsilon dok! Aku harap dia tidak melewati bagian paling menariknya”, Lucy terperangah karena Norman memasuki fase epsilon dengan cepat.
Disisi lain, Norman kini telah berada dalam tubuhnya yang lain, tubuh yang tidak dapat dikendalikannya. Berada di jalanan yang ia tidak ketahui keberadaannya. Gedung gedung bertingkat yang tak pernah dikunjunginya. Dia mondar mandir kesana kemari seolah-olah sedang menunggu seseorang. Sebut saja “Norman yang sedang menunggu” ini adalah Norman-Beta. Norman-Beta terhenti ketika seseorang memanggilnya. Pria yang nampak misterius itu mengenakan jaket kulit dan kemudian mendekati Norman-Beta. Dia tak berbicara banyak, hanya saja gelagatnya cukup aneh, dia menoleh kesana kemari seolah-olah takut apabila ada seseorang yang mengetahui keberadaannya. Dan benar saja! Orang itu menyerahkan sebungkus bubuk putaw! Norman-beta membeli sebungkus putaw dijalanan! Gila! Apakah orang tuanya tidak pernah memberitahu mengenai jajanan dipinggir jalan?! (Maaf, sepertinya ini bagian dimana aku seharusnya tidak bercanda, benar kan?) Norman-Beta membawa sebungkus putaw itu dalam sakunya. Sedangkan Norman yang asli tidak dapat melakukan apa-apa, karena sekeras apapun Norman-Alpha berteriak, Norman-beta tidak dapat mendengarnya. Aku tidak akan bercerita tentang bagaimana Norman-Beta mengkonsumsinya, tetapi Norman-beta telah berhasil memasukkan benda itu kedalam tubuhnya. Pandangannya yang sekaligus juga menjadi pandangan Norman-Alphaatau Norman yang asli kini mulai mengabur. Pada akhirnya Norman-Alpha kehilangan koneksi dengan Norman-beta.
Kembali pada Lucy dan Dr.Willow, mereka mendapati Norman yang tertidur pulas tiba-tiba mengejang hebat. Dr.Willow tidak tahu apa yang harus dilakukannya, karena gejala ini tidak pernah nampak sebelumnya pada Lucy. Mereka melepas elektroda yang terdapat pada kepala Norman, namun kejangnya tidak berhenti begitu saja.
“Norman! Norman!? Sadarlah!”, teriak Lucy kepada Norman
“Tunggu Lucy, biarkan saja. Kita tunggu saja sampai kejangnya berhenti!”, ujar Dr.Willow, mencoba mencari solusi, “mungkin dia memiliki penyakit epilepsi”, lanjutnya
“begitukah dok?”, Lucy seakan-akan tidak percaya
“Tetapi ini cukup aneh, memang wajarapabila seseorang yang mengidap epilepsi akan kambuh ketika awal prosedur dilaksanakan, tetapi kondisi yang dialami Norman terjadi disaat prosedur hampir selesai”, Benar kata Dr.Willow, Norman berhenti kejang, tetapi dia tidak sadarkan diri, lalu tiba-tiba saja terbangun layaknya seseorang yang baru saja mengalami mimpi buruk! Norman kini mengubah pendapatnya tentang apa yang telah dikatakan Lucy sebelumnya, kini dia semakin percaya bahwa apa yang dilihatnya adalah benar-benar nyata.
“Wow, tenang Norman, apa yang terjadi?!”, tanya Dr.Willow yang terkejut ketika Norman dengan tiba-tiba saja terbangun
“Atur nafasmu Norman, tenanglah!”, pinta Lucy ketika melihat nafas Norman yang terengah-engah dan keringat dingin bercucuran dari kepalanya.
“Aku harus memberi tahu dia! Maksudku, diriku yang lain disana!”, kepanikan Norman semakin menjadi-jadi, dia mengambil elektroda-elektroda itu dan dengan tergesa-gesa.
“Berhenti, Norman! Lepaskan elektroda-elektroda itu!”, bentak Dr.Willow dan merampas semua elektroda miliknya
“apa yang kau pikirkan dokter!, Diriku yang lain dalam bahaya!”, jawab Norman kembali
“Kita tidak akan melakukannya lagi!!”, singkat, padat, dan jelas, namun Dr.Willow membuat seisi ruangan menjadi hening seketika, ada ketakutan dalam hatinya yang tidak ingin ia ceritakan kepada siapapun. Ya, mesin itu sebenarnya tidak benar benar dikembangkan, tetapi terdapat kesalahan didalamnya yang bahkan Dr.Willow tidak ketahui. Elektro enchepalogram itu dibawanya dari rumah sakit tempat dia bertugas. Awalnya alat itu hendak diletakkan digudang rumah sakit karena rusak, tetapi ia bawa karena dia merasa ingin memperbaikinya. Namun segalanya tidak berjalan dengan baik, ummm.. aku tidak tahu apakah hal ini adalah hal yang baik atau tidak, setelah Dr.Willow memperbaikinya, alat itu dapat bekerja seperti sedia kala, tetapi ketika Lucy, pasien pertamanya datang kerumahnya, sesuatu hal yang aneh terjadi, grafik yang ditunjukkan ketika Lucy menggunakan alat itu sangatlah berbeda dengan orang orang lain yang sebelumnya pernah memakai alat itu. Aku tidak perlu menyebutkan apa perbedaannya bukan? Setelah Dr.Willow dan Lucy mencari tahu tentang apa yang sebenarnya dialami oleh Lucy, mereka lebih memilih untuk diam. Sampai akhirnya Lucy membawa Norman dan mereka memulai pengujian yang kedua kalinya terhadap alat itu.
“Apa yang kau lihat Norman?”, tanya Lucy memecah kesunyian didalam sana
“Aku melihat diriku sendiri, dia pecandu narkoba”, Norman mengatakannya dengan lemas
“apa? Kita harus memberi tahu dia!”, sontak Lucy menjadi ikut gelisah setelah mendengarnya, “dok?”
“Tidak, pergi kalian!”, Dr.Willow tidak ingin merusak reputasinya sebagai dokter, dia meminta Lucy dan Norman untuk pergi dari rumahnya. Dan seperti yang diminta, mereka pun pergi dengan berat hati.
“Dia sebut dirinya dokter? Sekolah kedokteran macam apa yang meluluskannya?”, Norman menggerutu dalam mobil Lucy
“Tapi faktanya dia lulus, Norman”, jawab Lucy yang lelah mendengar mulut Norman yang sedari tadi mengumpat
“heii! Kau berada dipihak yang mana Lucy? Dia? Atau aku??”, Norman mulai melontarkan pertanyaan yang memojokkan Lucy
“berhentilah bersikap seperti anak kecil, Norman”, Lucy berusaha menenangkan Norman, walaupun dia tahu itu tidak akan berhasil
“Oh ya, kita kita baru kenal selama 2 hari, jadi kenapa aku harus marah padamu, aku bahkan tidak mengenalmu!”, Norman mulai menjadi orang yang menjengkelkan
“ya, kau benar, secara teknis kau benar Norman!”, jawabb Lucy sambil tetap mengendarai mobilnya dengan tenang
“apa? Tunggu.. tunggu, apa maksudmu?”, Norman kembali tidak memahami apa yang Lucy katakan
“Apa yang kau pikirkan sehingga menganggap dirimu yang disana, tidak mengenal diriku yang disana?”, Lucy melontarkan pertanyaan kembali tanpa menjawab pertanyaan dari Norman
“aku tidak tahu, bagaimana dengan butterfly effect?, eh tunggu dulu... jadi maksudmu disana kita saling mengenal satu sama lain?”, Norman menjadi semakin bingung
“diriku yang sedang berada disana juga mengenalmu, aku tidak terlalu mengetahui ruang dan waktu ataupun butterfly atau bagaimana cara kerja mereka Norman, tetapi yang jelas mereka mengenal satu sama lain dengan baik”, Lucy semakin meyakinkan Norman
“dengan baik? Apa hubungan yang dimiliki mereka?”, Norman menjadi semakin bertanya-tanya, dan berpikir sudah sejauh mana Lucy
“itu semua tidak penting, yang menjadi prioritas utama kita sekarang adalah bagaimana menyelamatkan dirimu yang lain disana”, ucap Lucy, “dan aku tahu caranya”, lanjutnya lagi
“benarkah? Bagaimana caranya?”, tanya Norman dengan penuh rasa penasaran
“semuanya akan aku jelaskan setelah kita sampai dirumah, jadi kau Norman, tolong tetap tenang!”, balasnya
Norman tak lagi mengucapkan sepatah katapun setelah itu, apa yang dia pikirkan adalah efek samping yang akan terjadi kepada dirinya apabila dirinya yang lain melakukan sesuatu yang salah. Karena pada dasarnya tubuh dan pikiran mereka terhubung satu sama lain. Dia mengingat beberapa lebam dan luka di tubuhnya yang juga muncul tiba-tiba. Apakah itu karena dirinya yang lain terlibat dalam perkelahian? Tetapi kenapa dia tidak mengingat satupun mengenai lebamnya itu? Dia kemudian mengingat kata-kata Lucy mengenai dunia paralel dan segala kemungkinannya, bisa jadi terdapat lebih dari satu dunia paralel, sedangkan alasan kuat yang dapat dia percaya sendiri sekarang adalah, sebut saja Norman-Beta yang baru saja dilihatnya adalah Norman-Alpha, sedangkan jumlah dunia paralel kemungkinan berjumlah lebih daru satu dunia, jadi kemungkinan juga terdapat Norman-beta, Norman-theta, Norman-delta, dan seterusnya. Norman alpha yang diketahuinya adalah jurnalis koran yang juga pecandu narkoba, sedangkan Norman-beta bisa jadi memiliki kebiasaan, pola hidup, dan profesi yang lain daripada dirinya, tetapi kenapa ingatannya lebih kuat mengarah kepada Norman yang mengkonsumsi narkoba? Entahlah, mungkin karena pengaruh alat Dr.Willow? Semuanya masih menjadi sebuah misteri. Dan yang jelas, efek samping yang mungkin akan terjadi ketika Norman-beta menjadi pecandu narkoba dan Norman yang berada di dunia ini, bisa jadi apa saja.
“aku tidak tahu kenapa kau ingin menolongku, aku juga tidak tahu kenapa aku ingin menolong diriku yang lain disana, tetapi.. Lucy, terima kasih banyak”, ucap Norman yang masih kebingungan dengan tragedi yang baru saja dilaluinya
“Oh, tak apa Norman, yang terpenting, sekarang kau sudah percaya padaku bukan?”, jawab Lucy
Sekali lagi, Norman merasa sedikit aneh dihadapan Lucy, mendengar ucapannya membuatnya semakin nyaman berada di dekat Lucy, “Norman?”, suara Lucy memecah lamunan Norman yang sedari tadi memandang wajah Lucy dengan cukup lama.
“Oh.. ya.. b-bagaimana dengan rencana penyelamatannya?”, tanya Norman untuk menutupi kekikukannya
“Sebenarnya aku tidak terlalu yakin ini akan berhasil”, ucap Lucy
“Apa?!”, Norman terkejut
“Tenang! Maksudku, Dr.Willow pernah melakukan sebuah eksperimen denganku sebelumnya, mengenai semua ini. Dr.Willow bilang dia mengatakan bahwa aku tidur sambil berbicara, dia juga sempat merekam eksperimennya itu, awalnya hanyalah seperti seseorang yang mengigau biasa, sampai akhirnya Dr.Willow mengajakku berbicara dalam posisi tidur, hal yang paling mengejutkan adalah, pada waktu itu, Dr.Willow menginstruksikan beberapa hal kepada diriku yang lain, diriku yang tidur pun juga sempat berbincang-bincang dengan Dr.Willow. Hingga akhirnya aku terbangun.”, Lucy menjelaskan dengan detail, tetapi sebetulnya Norman tidak terlalu memahaminya.
“ok.. ok.. bagaimana kalau kita lompati saja bagian itu, dan langsung kepada kesimpulannya, apakah itu berhasil?”, Norman menjadi semakin tidak sabaran
“umm... kasusmu memang berbeda dengan kasusku, tetapi aku rasa kita perlu mencobanya”, jawab Lucy yang terlihat agak ragu dengan jawabanya
“jadi kau belum yakin bahwa hal itu akan berhasil?”, Norman menjadi sedikit kecewa dengan sikap Lucy yang tiba-tiba berubah dan meragu
“aku tidak tahu Norman, aku belum pernah melakukan ini sebelumnya”, Lucy semakin tidak bersemangat
“tidak, aku tahu kau dapat melakukannya Lucy, kau pasti bisa!”, Norman menggenggam erat tangan Lucy, Norman tahu bahwa Lucy pasti dapat melakukannya. Melihat kegigihan Norman untuk menyelamatkan dirinya yang lain, membuat hati Lucy luluh dan ikut bersemangat dibuatnya. Mereka pun melakukan pekerjaan eksperimental kembali walaupun tanpa bantuan Dr.Willow dan alatnya. Yang mereka siapkan hanyalah sebuah kamera video, dan kasur. Setelah menyiapkan segalanya, mereka langsung melakukan pekerjaan eksperimental itu. Lucy menarik nafas panjang sebelum Norman tidur di atas kasur.
“aku percaya padamu Lucy, sekali lagi, terima kasih”, ujar Norman saat berbaring di atas kasur
“ya, sama-sama”, balas Lucy singkat, keberaniannya kini semakin bertambah karena dukungan dari Norman.
Norman mulai menutup kedua matanya, dan seperti biasanya, dia dapat tidur pulas dengan cepat. Lucy mulai merekam Norman. 10 menit pertama Norman tidak berbicara sepatah katapun. Lucy mulai bosan pada menit ke 30, hingga akhirnya dia memutuskan untuk meletakkan kepalanya dan menidurkan matanya untuk sejenak. Disitulah saat Norman mulai berbicara. Dia berbicara mengenai harga sebuah barang, entah barang apa. Lucy mulai memberanikan diri untuk mendekat dan berbicara pada Norman-Beta di melalui Norman yang tertidur.
Disisi lain, Norman melihat dirinya sendiri sedang berada dirumahnya bersama seorang bandar naskoba, mereka membicarakan harga sebuah obat terlarang jenis baru yang baru saja sampai dikotanya, dan orang itu menawarkannya kepada Norman. Singkatnya, Norman ingin mencoba obat itu dan bersedia membayarnya dengan harga berapapun. Sang bandar sepakat dengan harga yang mereka putuskan bersama, bandar itu mengeluarkan sebuah bungkusan kertas seukuran telapak tangan. Norman hendak meraih bungkusan itu, tetapi tiba-tiba saja, tangan Norman seolah olah membeku dan tidak jadi membeli narkoba itu. Norman-Beta kemudian mengusir bandar itu dari rumahnya, mengunci pintu rumahnya, dan mulai mengobrak-abrik isi rumahnya, air mata mulai jatuh dari matanya. Norman-Beta kemudian memandang ke arah datangnya matahari dari arah balkon, dia segera berlari kesana, seperti seseorang yang putus asa dan hendak bunuh diri. Dia sudah meletakkan salah satu kakinya diluar pagar balkon,namun dia terhenti
“Apakah Lucy tidak melakukan apa?!”, Ujar Norman Alpha yang kebingungan karena tidak bisa berbuat apa-apa.
Norman-Beta hanya menggenggam pagar besi di balkon itu dengan kuat,sambil air matanya tetap menetes berjatuhan dari matanya. Sepertinya ada kesedihan yang mendalam pada dirinya, Norman-Alpha dapat merasakannya, hawa dingin dan kosong menyelimuti sekelilingnya. setelah itu dia berpaling ke arah yang lain, kaki Norman-Beta melangkah menuju kamarnya, dia mengambil racun tikus dan hendak meminumnya.
“Bagaimana ini?!”, Norman-Alpha hanya bisa menjadi penonton di dalam sana.
Tangannya gemetaran, Norman-Beta seolah tidak bisa meminum racun tikus yang dipegangnya, dia hanya terpaku disana memandang sebotol sianida yang dipegangnya. Tiba-tiba saja pintu didobrak dari luar, seorang wanita masuk kedalam kediaman Norman-Beta. Dan coba tebak siapa perempuan itu, dia adalah Lucy-Beta, dia datang dengan nafas yang ngos-ngosan. Lucy-Beta langsung membentak Norman-Beta dan menamparnya dengan keras.
“Aww!”, Norman-Alpha dapat merasakan tamparan itu terasa sangat nyata di pipi kirinya.
Lucy-Beta memarahi Norman-Beta sampai matanya berkunang-kunang menahan air mata, dia memeluk Norman-Beta Erat. Hawa dingin yang sebelumnya dirasakan oleh Norman-Alpha kini berubah menjadi hangat dan perlahan Norman-Beta menutup matanya. Seketika ruang disekeliling Norman-Alpha seolah-olah melakukan ekspansi dengan sendirinya, ya, walaupun ruang itu adalah ruang yang gelap, Norman-Alpha dapat merasakan ruang itu meluas, dan sebuah suara mengejutkan Norman.
“Hai, Norman”, sapa suara misterius itu
“Oh, Hai?”, Norman-Alpha balik menyapa suara itu dengan canggung
“kau tidak perlu takut, Norman. Ini aku”, ujarnya sambil mennunjukkan wujud aslinya, suara itu tidak lain adalah suara Norman-Beta,tetapi dia bukan noran yang mengkonsumsi narkoba, dia adalah Norman yang berbeda!
“Ya, ini aku, atau mungkin bisa disebut, kita”, ujar Norman-Beta, yang tak lama kemudian muncullah Norman-Beta, Norman-Norman yang lain dari belakangnya, ini seperti seolah-olah kau berada diantara dua cermin yang saling berhadapan, kau tidak akan bisa melihat ujungnya. Ini seperti bertemu dirimu sendiri yang memakai kostum cosplay atau dalam fashion show. Maksudku, Norman disana menunjukkan selera yang bermacam-macam apabila dilihat dari pakaian dan gaya rambutnya. Mulai dari Norman yang terlihat seperti gelandangan, sampai Norman yang terlihat seperti seorang bangsawan!
“Ya, inilah kita semua”, ujar Norman-Beta yang berpenampilan culun
“Jadi... kalian... umm maksudku kita nyata?”, tanya Norman-Alpha yang masih tidak mempercayai kenyataan yang dilihatnya
“Sepertinya begitu, selama kau tidak terpengaruh obat-obatan terlarang atau obat tidur hahaha”, ujar Norman-Beta yang lain yang terlihat seperti tukang bangunan
“Hei! Berhentilah mengejekku!”, Norman-Beta yang mengkonsumsi narkoba merasa tersindir
Norman-Alpha seolah-olah merasa bahagia sekali bertemu dengan dirinya yang lain, “aku masih belum percaya, maksudku, apa yang terjadi sebenarnya?”, lanjutnya masih melontarkan pertanyaan.
“lalu bagaimana aku yang lain bisa mengenal Lucy?”, tanya Norman-Alpha lagi
“Kau lucu Norman, Lucy ada disetiap kehidupan kita”, Ujar Norman-Beta lainyang berpenampilan seperti anggota geng motor
“Dia adalah kekasih kita”, balas Norman-Beta yang Berambut gondrong
“kekasih kita?”, Norman-Alpha semakin terkejut
“Ya, mungkin kita punya sejarah, selera, dan profesi yang berbeda-beda, kawanku, tetapi cinta kita tetap sama”, ucap Norman-Beta yang berpakaian seperti seorang bangsawan
“ooh ya... itu sangat menjelaskan sekali kenapa aku bisa sangat nyaman sekali ketika didekatnya, apalagi ketika memegang tangannya”, Norman-Alpha berbicara kepada dirinya sendiri
“haaa... jadi kau mulai jatuh cinta padanya ya???”, goda Norman-Beta yang berpenampilan seperti anak reggae, “Ciyeeeee”, seluruh Norman-Beta menyoraki Norman-Alpha yang pipinya kini berubah kemerahan
“Sudah kawan-kawan, Norman, kalau kau ingin tahu segalanya, berikan telapak tangan kananmu”, jawab Norman-Beta yang pernah dilihatnya dan berprofesi sebagai jurnalis koran.
Tanpa pikir panjang, Norman-Alpha menyentuh tangan Norman-Beta,dan seketika itu pula, pikiran dan kesadaran Norman-Alpha seperti dimasuki banyak sekali memori yang bergerak seperti kilatan cahaya. Semua gambaran kehidupan seluruh Norman dilihat dan dipahaminya dalam sekilas saja, seolah-olah dia mendapatkan ilham dari sang pencipta. Norman pun akhirnya terpental dan berpisah dari Norman-Norman yang lain, menuju ruang putih yang kosong lompong, pandangannya menjadi kabur, dan Norman-Alpha perlahan menutup matanya
Norman terbangun dari tidurnya, dia merasakan ada yang berbeda, dia merasa bayi yang dilahirkan kembali, tubuh kepalanya terasa ringan namun terisi seluruh ingatan yang didapatkan dari Norman-Norman lainnya. Norman kini tahu siapa dirinya dan tujuan baru dalam hidupnya. Sementara itu, Norman melihat Lucy tengah tertidur tepat disebelahnya, Norman tersenyum dan menyadari apa yang telah dilakukan Lucy, Lucy berkomunikasi langsung dengan Norman-Beta sehingga dia tidak jadi membeli obat-obatan terlarang itu, dan mencegah Norman-Beta menjatuhkan dirinya sendiri dari atas balkon, dan saat Norman-Beta hendak meneguk racun tikus, Lucy yang sudah mampu berkomunikasi dua arah bersama dirinya yang lain, (yang tinggal di alam semesta yang sama dengan Norman-Beta yang mengkonsumsi narkoba), sehingga dia mampu mengingatkan kekasihnya yang hendak bunuh diri. Ahh, sangat rumit sekali ternyata. Norman pun mencium kening Lucy, dan seketika itu Lucy terbangun.
“Hei, apa yang kau lakukan?”, Lucy terkejut dan mengejutkan Norman
“Terima kasih Lucy”, ujar Norman dengan memberikan pandangan yang tulus kepada Lucy
“Well, this is awkward,tapi hei, sama-sama”, balas Lucy yang merasa canggung dengan situasi itu
“seharusnya kau bilang dari awal, tetapi, sekali lagi aku ucapkan terima kasih”, lanjut Norman yang masih merasa bahagia
Lucy pun membalas kata-kata Norman masih dengan canggung, “ah kau tenang saja, bukankah itu yang seharusnya dilakukan oleh...”
“Kekasih?”, Norman menyela Lucy yang sedang berbicara
“Ya.....APA?!..sejak kapan kita beracaran?”, Lucy semakin dibuat terkejut oleh Norman
“hahaha, maksudku tidak.. ummm belum”, jawab Norman yang mencairkan suasana agar Lucy tidak merasa canggung
“Ya.. belum, maksudku tetapi ini adalah awal yang bagus”, Lucy mencoba menutupi kecanggungannya dengan senyum lebarnya yang dibuat-buat.
Norman dan Lucy pun kini semakin dekat, dan benar adanya beberapa bulan kemudian mereka berdua telah menjadi sepasang kekasih. Beberapa tahun berlalu mereka menikah, Norman yang awalnya bekerja sebagai seorang kasir kini telah memiliki supermarketnya sendiri dan telah membuka cabang dimana-mana, sementara Lucy menjadi penulis terkenal dengan novel sains fiksinya. Ya.. mungkin kehidupan terlihat seperti mudah bagi mereka, bagaimana tidak? Bila kau kebingungan, tetapi apa yang akan terjadi apabila kau mengenal dan diilhami seluruh pengetahuan yang dimiliki dirimu sendiri dalam banyak versi dan banyak profesi? Entah potensi hebat seperti apa yang bisa kita milliki, bukan begitu? Tetapi bagiku, cukup menjadi jurnalis koran yang memiliki sampingan menulis sebuah catatan singkat seperti ini saja sudah cukup. Jadi mungkin seperti itulah pengalaman unik yang pernah terjadi pada diriku, aku, Norman Jack Johanson, dan aku bangga menjadi diriku sendiri yang tidak bisa tidur nyaman selama ini.
-TAMAT-
Komentar
Posting Komentar