Visión: dalam [chapter 4]


source: google.com
Sabtu, 14 November 2016

Ingatanku tentang pria tanpa kepala itu masih belum hilang, malah membuatku semakin penasaran. Apakah dia memiliki hubungan dengan wanita itu? setelah semua yang terjadi, aku yakin pasti pria itu memiliki hubungan dengan wanita itu.

Malam minggu ini aku memutuskan untuk tidak pergi kemana-mana, sepertinya aku mengalami trauma ringan setelah melihat pria tanpa kepala itu. aku menjadi takut untuk beraktivitas, dan takut apabila bertemu dengan pria itu lagi, atau mungkin aku akan bertemu dengan sesuatu yang lebih buruk lagi.

tetapi aku tidak bisa terus-terusan berdiam diri di kamar kosku yang sempit dan pengap ini, aku harus melakukan sesuatu.

“aku akan pergi ke taman itu lagi”, pikirku. Tempat itu memang belum sempat aku geledahi lebih jauh.

Pukul 11 malam tepat aku berangkat ke taman itu. benar-benar sunyi, walaupun malam ini di dekat sini terdapat perayaan besar.

Aku melihat keadaan sekitar dengan cukup waspada. Aku menyoroti dengan senter yang kubawa kearah kanan, lalu kekiri. Pikiranku berkata aman. Karena aku tidak membawa peralatan seperti sekop dan lain, lain, aku langsung mengambil ranting pohon yang cukup besar untuk menggali tanah ditempat itu.

“Siapa itu?”, bulu kudukku seperti mengatakan bahwa aku sedang diawasi, kuangkat senterku dan mulai menyoroti satu persatu bagian dari sekelilingku. Tidak lucu apabila ada seseorang, atau bahkan ada polisi yang melihatku melakukan sesuatu yang mencurigakan.

Aku tidak berhasil menemukan siapa-siapa disana, jadi aku kembali menggali tanah itu. rantingku membentur sesuatu yang keras, sepertinya batu, kumasukkan tanganku ke lubang yang tidak terlalu dalam itu. apakah kau ingin tau apa yang kutemukan, sebuah kepala seorang pria yang baunya sudah sangat busuk dan dipenuhi belatung.

Hidungku tidak dapat lagi membendung bau busuk itu dan langsung saja kulemparkan kepala itu ke lubang. Aku sudah berushaa menutup hidungku rapat-rapat, tetapi baunya seakan-akan meembus pori-poriku.

Tidak lagi! aku kini melihat bayangan yang bergerak cepat dari arah semak-semak! Dan itu membuatku semakin bertambah panik, aku meraih senterku yang sempat terlepas dari tanganku dan mencari-cari bayangan hitam itu.

Kusoroti setiap celah-celah yang ada disemak-semak itu. dan tiba-tiba saja senterku erhasil menemukan orang itu! dia berdiri disana! Tepat di tepi danau!, dia sedang mengamatiku sambil matanya meluapkan amarah! Aku yakin, kali ini aku tidak melihat hantu atau serangkaian peristiwa, tetapi aku sedang melihat seorang pria yang penuh amarah!

Dan benar saja, aku melihat sebuah kilauan dibalik tangan kanannya. Sebilah pisau! Aku yakin itu adalah sebilah pisau! Dia mulai melangkah ke arahku, dan membuat tubuhku gemetaran. Aku segera bangkit dan berlari secepatnya, sebisaku.

Aku terus berlari, terus berlari, dan terus berlari. Sampai aku terjungkal. Kepalaku sempat membentur batu, tapi tak apa, kepalaku hanya sedikit pusing dan pandanganku buram, aku berusaha bangkit. Seseorang berada tepat didepanku. Tidak, dia bukan seseorang dengan pisau ditangannya.

Keparat! Dia mulai menyentuh tanganku dan membantuku

berdiri. Tidak, mataku masih buram, aku tidak tahu apakah dia adalah pria ber-pisau itu, ataukah orang lain, tetapi dia menuntunku, dan mendudukkanku di sebuah bangku taman. Dia juga ikut duduk disebelahku.

Aku mencoba menenangkan perasaanku dan menggeleng-gelengkan kepalaku yang masih pusing. Penglihatanku mulai normal, aku mencoba membuat mataku beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Hingga terasa jelas terlihat didepan mataku, pria tanpa kepala itu berada dihadapanku lagi! tetapi aku mencoba memberanikan diri untuk tidak takut terhadapnya.

Perlahan-lahan, dia meletakkan tangannya dipundakku, lalu tangan kirinya juga. Kemudian dia menekan pundakku keras. Dadaku terasa sangat sesak, mataku kini kembali buram, lalu semuanya berganti putih. Cahaya itu pudar dan kini aku berada di sebuah rumah, sepertinya rumah ini tidak asing bagiku.

Aku melihat wanita itu dengan jelas! Dia seperti sedang merapikan pakaian-pakaian yang sepertinya baru saja dijemur. Oh, tidak, dia bukan merapikan pakaian, tetapi dia sedang membereskan pakaiannya, dan memasukkannya kedalam koper. Dia menangis, tetapi mencoba untuk tetap tersenyum didepan anaknya.

Anak yang polos, dia mengusap air mata yang turun di pipi ibunya, sambil tersenyum. Dia sepertinya menenangkan ibunya, polos sekali, wajahnya masih sangat bersih. Ooh... hatiku pecah seketika, orang macam apa yang tega-teganya membunuh anak kecil yang tidak berosa seperti dia? Sungguh, aku mengutuk orang-orang seperti dia!

Tiba-tiba saja seorang pria masuk kedalam ruangan itu dan langsung saja membentak istrinya dan pertengkaran pun terjadi. Aku tidak bisa mendengar suara percakapan mereka, hanya saja semuanya terlihat jelas. Pria itu memarahi istrinya, menendangnya berulang kali, dan mendorongnya hingga jatuh. Anak mereka seolah-olah tidak terima, dia memeluk ibunya erat-erat, disaat ayahnya kembali menendangi wanita itu, sampai-sampai dia tidak sengaja terkena tendangan ayahnya sendiri.

Seketika itu pula, ayahnya langsung berhenti menendangi wanita itu, tetapi kini matanya melotot, dan menunjuk ibu dan anak itu dengan tangan kirinya. Kemudian dia beranjak pergi dengan amarahnya yang masih terkumpul di kepalanya.

Tak lama kemudian, seorang pria lain muncul. Dia menenangkan wanita itu, kemudian meraih koper, dan membawa wanita itu dan anaknya pergi dari sana.

Semuanya beranjak kembali putih, perlahan-lahan, dan kini seluruhnya putih.


*bersambung*

Komentar

Postingan Populer