Visión: Mengintip [chapter 2]
![]() |
source:google |
Kamis, 12 November 2015
Terlepas dari aneh kemarin, aku mencoba melupakannya dengan bangun pagi sekali dan segera berangkat ke kampus, padahal kuliahku dimulai pukul 9 pagi, tetapi kejadian kemarin membuatku ingin segera menghirup udara pagi yang masih segar dan masih tidak berpolusi.
Aku melangkah sambil memperhatikan aktivitas pagi biasa, orang-orang berangkat kerja, bapak-bapak sedang nikmat menyeruput kopinya yang masih hangat, dan ibu-ibu bersenda gurau bersapa pedagang sayur keliling.
Terlepas dari aneh kemarin, aku mencoba melupakannya dengan bangun pagi sekali dan segera berangkat ke kampus, padahal kuliahku dimulai pukul 9 pagi, tetapi kejadian kemarin membuatku ingin segera menghirup udara pagi yang masih segar dan masih tidak berpolusi.
Aku melangkah sambil memperhatikan aktivitas pagi biasa, orang-orang berangkat kerja, bapak-bapak sedang nikmat menyeruput kopinya yang masih hangat, dan ibu-ibu bersenda gurau bersapa pedagang sayur keliling.
Entah apakah mataku salah lihat, ataukah aku memang sedang melihat wanita yang kemarin hendak bunuh diri itu?! Dia berada disana bersama ibu-ibu yang lain, tetapi dia tidak ikut bergurau bersama ibu-ibu yang lain. Wajah pucatnya tetap muram, dan tangannya seolah-olah sedang mengambil beebrapa sayuran. Bibirnya seolah-olah berbicara kepada pedagang sayur itu, tetapi tidak dihiraukan oleh pedagang sayur itu. Tangannya kembali seolah-olah memasukkan sayuran ke dalam keranjang yang seolah-olah berada ditangannya!
Bibirnya kembali seolah-olah bicara, dan sesekali tersenyum kecil, lalu melangkah pergi. Ohh, aku ingin sekali mengacuhkan wanita itu, tetapi pikiranku tetap penasaran dan kakiku malah mengikuti langkahnya.
Aneh sekali, dia seolah-olah menyapa orang-orang dipinggir jalan, padahal tidak ada satupun orang yang menyapanya. Aku memperhatikan keadaan sekitar, namun, tidak ada yang memperhatikannya.
Dia melewati beebrapa jalan kecil, dan berhenti didepan taman kanak-kanak, dia seolah-olah sedang mengusap kepala seorang anak, dan berbicara kepadanya.
“kok ngelamun aja nak? Nyari adiknya ya?”, sapa seorang ibu-ibu berkerudung, nampaknya dia adalah salah satu pengajar di taman kanak-kanak ini.
“Oh, ndak bu, Cuma sekedar lewat saja”, balasku ramah padanya
Yang benar saja! Wanita itu menghilang lagi! Padahal aku baru berpaling sebentar saja, tetapi dia sudah menghilang begitu saja.
Aku menghela nafas panjang, dan melanjutkan perjalananku menuju kampus dengan kepala yang berat dan penuh pertanyaan, lagi. aku menaiki bus, dan melamun sepanjang perjalanan.
“Permisi mas, boleh saya duduk disini?”, kata seorang pria yang umurnya kira-kira sedikit lebih tua dariku. Aku mempersilahkannya duduk disebelahku, karena memang kursi di dalam bus telah penuh, hanya tersisa beberapa kursi dan kursiku tentunya.
Dia duduk disampingku, wajahnya sayu, sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu.
“Mau kemana mas?”, sapaku memecahkan suasana
“Eh, cuma mau ke terminal depan sini mas, mas mau kemana?”, balasnya yang sepertinya kaget karena melamun
“loh, kebetulan sama mas, saya juga mau kesana, biasa mas, ngampus”, jawabku kembali.
Kamipun turun dari bus, dan kami berpisah. Dia berjalan menuju arah yang berlainan dengan arahku menuju ke kampus. Aku sempat memperhatikannya, terdapat luka yang dibalut perban putih mengintip dari lengan kemeja pendeknya. Mungkin dia baru saja mengalami kecelakaan di tempat kerjanya, tapi itu bukan urusanku.
Aku kembali berjalan menuju kampus yang tidak terlalu jauh dari halte. Namun langkahku lagi-lagi terhenti. Wanita itu muncul lagi, dia sedang duduk ditempat yang sama seperti kemarin, tempat dimana aku melihatnya hendak bunuh diri kemarin.
Dia hanya duduk saja disitu, lalu aku menghampirinya. Lebih dekat, dan lebih dekat lagi, kini aku dapat melihat jelas wajahnya, keringatnya, pori-porinya. Bayangan di matanya! Aku dapat meilhat apa yang dia lihat dimatanya!, dia hanya sedang melamun memandang jalanan. Lalu dia menoleh kekanan, aku ikuti matanya. Kalian tahu? Dalam mata itu, aku melihat seorang gadis kecil, gadis kecil yang sama seperti yang aku temukan di Toko buku kemarin!
Sialan! Tubuhku serasa terjerembab, hingga aku jatuh terduduk dan orang-orang memperhatikanku. Tubuhku dingin, mulutku ternganga. Dan apa kalian tahu apa yang terjadi ketika aku menyentuh tangan wanita itu? Tanganku menembus tangannya!, dia tidak dapat aku pegang! Apa lagi ini?! apakah dia hantu? Tetapi, kalau dia hantu, kenapa dia tidak terlihat menyeramkan? Apa yang sebenarnya ingin dia sampaikan? Keparat!
Aku berlari menjauhi wanita itu. Aku berlari terbirit-birit sampai terjatuh, lalu aku berhenti dan menyadari sesuatu. Apakah ini pembunuhan? Apakah ini bunuh diri? Tidak, ini pembunuhan satu keluarga, dan terencana, tetapi dimana ayah mereka? Aku hendak berbalik dan kembali menuju wanita itu, tetapi dia telah menghilang.
*Bersambung*
Komentar
Posting Komentar