Visión: Photon [Last!!!]


Source: Google.com
Rabu, 18 November 2015

Matahari masih terlalu terik, aku masih menunggu bus di tempat biasanya. Ya, hidupku kembali normal, tidak ada penglihatan ataupun penampakan. Semuanya kembali normal.

Tetapi aku masih penasaran dengan Bagus. Pada hari itu juga aku mendatangi Bagus di kantor polisi. Setelah melapor kepada penjaga sel, aku diperbolehkan masuk.

Bagus hanya duduk dibalik sel sementaranya, dia seperti merenung.

“Mas Bagus?”, sapaku ramah

“Oh iya, kamu kan yang kemarin itu ya?”, sapanya balik dengan tatapan kosong

“Iya mas, kenalin, aku Agna”, balasku

“Ooh Agna. Ada apa kok kemari?”, tanya Bagus

“hmm.. gini mas, aku boleh tanya sesuatu?”, ujarku

“silahkan. Tanya apa?”, jawabnya

“maaf ya mas, kalau aku lancang nanya yang beginian.. ehm.. gini mas, sebenernya kenapa mas bunuh anak dan istri, dan sahabat Mas Bagus?”, pertanyaan itu muncul dari mulutku, dan Bagus langsung saja hanyut dan tenggelam dalam diam, kemudin selang beberapa lama dia menjawab.

“waktu itu malam hari, 2 bulan sebelum aku ngebunuh anak dan istriku. Ngerasa ada yang aneh sama istriku, dia bilang mau belanja di pasar. Dan sampai sore dia belum pulang. Aku cari dia sampai malem, dan akhirnya aku mergokin dia lagi bareng sama sahabatku di sebuah restoran. Awalnya aku kira cuma ngobrol biasa karena aku istriku dan sahabatku emang deket satu sama lain. Dan sebulan setelah itu, aku mergokin istriku lagi main gila di hotel. Aku nggak marah sama dia, aku langsung pergi aja dari sana.”

Ternyata, selama ini Ori membohongiku!, “emang sih, pekerjaanku belum cukup buat uang belanja istriku dan beli susu anakku. Aku emang bukan orang yang pantes buat jadi kepala keluarga.”, dia bercerita dengan meneteskan air mata

“jadi, gitu dik. Lama kelamaan sikap istriku berubah, dia makin sering keluar tanpa seijinku, nggak tau kemana, sering bantah omonganku, bahkan yang paling parah, dia udah berani bawa sahabatku itu dan main gila dirumah!”

“Aku sudah buta dik, dibutakan cinta, dibutakan cemburu, dibutakan amarah.”, jawabnya singkat, “sebenernya aku nggak mau ngelakuin semua itu dik, siapa yang tega? Bahkan aku sudah ngebunuh darah dagingku sendiri. Sebenernya aku nggak bermaksud ngebunuh mereka semua. tapi bahkan mereka sudah rencana mau nikah!”

 “ya, gitulah dik, aku nggak bisa cerita banyak-banyak”, jelasnya lagi sambil menghapus air matanya.

Jadi, seperti itu cerita yang sebenarnya. Kehidupan memang sulit dimengerti, akan lebih sulit apabila kita hanya melihat dari satu sisi saja. Melihat saja tidak cukup, kalau kau tidak memahami kejadian yang sebenarnya. Dan memahami tidak lagi penting apabila kita tidak menggunakan akal sehat.

Komentar

Postingan Populer