Melacak sejarah Glenmore (1)

assalamu'alaikum wr wb ._.
hae gaes, gua canggung banget mau nulis apa lagi di blog ini, soalnya udah lama bangetss nggak pernah nongol lagi *who cares? ahahaha
oke, gini aja gaes sekarang gua mau nulis tentang kota kelahiran gue, kota terpencil, (hampir) pinggiran di Banyuwangi jawa timur

jalan raya pasar glenmore th 1927

Oost-Java, de werkende vulkaan Raoeng in het Idjengebergte vanuit Glen More gezien

kantor telegram Glenmore (gua gak tau letaknya dimana) hehe


nah, itu foto diambil 4 tahun sete;ah Almarhum kakek gua lahir gaes, bukan keluarga gua yang mngambil ini foto, tapi gua dapet dari nyari-nyari di internet.
nah, kalo yang jaman sekarang, kota Glenmore tercinta ini udah berubah 360 derajat dari yang di foto itu, kalo pengen tau Glemore asinya yuk datang ke kota gua, Glenmore-banyuwangi!

oke, biar nggak bertele-tele ini ulasannya, tapi gua buat part-part'annya yah (sama kayak kutipannya) biar nggak ruwet. hehe

Melacak Sejarah Glenmore (part.1)
Oleh : M.Iqbal Fardian
Sebuah pertanyaan yang logis ketika pertama kali saya mencoba mencari jejak sejarah kota kelahiran saya. Apakah ini proses alami yang berasal dari keingin tahuan yang besar tentang asal muasal dari tanah kelahiran ? Ataukah hanya sekedar ikut-ikutan seorang teman yang lebih dahulu mengambil objek tulisan yang sama tentang Glenmore. Namun memang kadang-kadang untuk mendapatkan sebuah inspirasasi berawal bukan dari upaya kreatif yang kita lakukan sendiri. Kadang berawal dari membaca buku, berdiskusi dengan orang lain, atau hanya sekedar dari proses yang dialami oleh orang lain.
Apapun motifnya yang jelas proses ini berawal dari rasa keingin tahuan yang besar berawal dari cerita-cerita almarhum bapak ketika saya masih berada di Sekolah Dasar dan juga mendapat penguatan dari cerita-cerita masyarakat Glenmore. Semuanya masih tampak samar dan spekulatif.
Mengapa nama kota ini dinamai Glenmore ? Sebuah pertanyaan yang sulit terjawab karena nama Glenmore tidak seperti kota-kota yang lain di Indonesia. Sebuah nama bergaya Eropa, tetapi hanya nama sebuah kota kecil terletak di Kaki Gunung raung sebelah selatan. Kemudian ditambah lagi peninggalan-peninggalan Bangunan-bangunan bergaya Eropa. Pasti dimasa lalu kota ini adalah kota yang telah memiliki kaitan erat dengan orang-orang Eropa, khususnya Belanda.
Titik terang saya dapatkan setelah membaca tulisan di Majalah Jelajah. Dalam sebuah tulisannya Arief Firmansyah menulis bahwa keberadaan Glenmore tidak lepas dari RosTaylor, bangsawan Skotlandia yang membeli lahan perkebunan di daerah ini. Izin pembukaan lahan ini ditandatangani oleh Gubernur Jenderal Belanda pada 24 Februari 1909 dan diumumkan di Javasche Courant tanggal 30 Maret 1909.
Menurut versi ini, Ros Taylor sangat dihormati oleh penduduk lokal maupun warga Belanda karena kekayaan dan status sosialnya. Sebagai penghormatan kepada bangsawan Skotlandia ini Belanda menamai perkebunan yang telah dibeli dengan nama Glenmore. Kata Glen untuk menggambarkan lahan perkebunan yang berkontur dan sangat luas. Tetapi ketika kita merujuk nama Glenmore dari bahasa Gaelic sebagai bahasa asli Skotlandia tempat Ros Taylor berasal. Dalam Bahasa Gaelic, Glenmore berarti “big glen” yakni daerah dengan kontur perbukitan yang menghampar sangat luas. Istilah Glenmore biasa digunakan orang Skotlandia untuk menyebut hal-hal yang berhubungan dengan daerah berkontur perbukitan atau hal yang berhubungan dengan lahan perbukitan. ( majalahjelajah.com, 7 Januari 2013).
Informasi-informasi awal tersebut masih perlu diverivikasi agar kebenarannya dapat dipertanggung jawabkan. Kemudian saya mencoba menyusun langkah -langkah awal untuk melacak jejak sejarah Glenmore. Menjadi persoalan tersendiri bagi saya dengan latar belakang ilmu ekonomi, saya harus menjadi seorang sejarawan yang akan melacak sebuah kisah sejarah sebuah kota seperti Glenmore. Selain persolan metodologis, saya juga menghadapi persoalan kesulitan pencarian bukti-bukti tertulis yang berkaitan dengan Glenmore. Namun ini merupakan sebuah tantangan tersendiri karena dengan cara ini saya bisa belajar secara langsung dari penelusuran lapangan yang ada.
Hari pertama saya hanya duduk tekun di depan computer yang terhubung dengan dunia maya. Browsing barangkali adalah sebuah cara yang sengaja saya pilih untuk mencari input awal bagi pelacakan sejarah yang akan saya lakukan. Satu persatu tulisan-tulisan tentang Glenmore saya kompilasikan untuk memberikan gambaran awal tentang Glenmore. Tidak banyak data yang tergali dari kegiatan ini, namun saya kemudian mendapatkan gambar kota Glenmore pada tahun 1927. Sebuah koleksi foto dari Tropenmuseum dengan Deskripsi : Nederlands: Foto. Oost-Java, de werkende vulkaan Raoeng in het Idjengebergte vanuit Glen More gezien.
Sebuah foto tua yang bisa memberikan gambaran tentang objek sejarah yang hendak saya jelajahi. Dugaan saya bahwa foto tersebut diambil dari lokasi di Jalan Raya Pasar Glenmore. Tepatnya di depan Pasar Glenmore. Kesimpulan ini berdasar dari terdapatnya aktivitas ekonomi masyarakat yang tergambar jelas dalam foto tersebut.
Aktivitas ekonomis yang cukup memberikan gambaran sebuah pasar. Deretan-deretan warung atau toko di sebelah kanan – kiri jalan terlihat cukup jelas. Selain itu juga tampak sebuah jalan dengan landscape menuju Gunung Raung, hal ini menunjukkan bahwa jalan tersebut berada di sebelah selatan Gunung Raung dan menujukkan arah utara. Kemudian juga terdapatnya tiang telepon di sebelah kanan jalan. Rasionalnya pengambilan gambar dilakukan dengan menghadap ke utara. Dengan demikian tiang telepon berada di sebelah timur dari fotografernya. Posisi ini sampai sekarang masih sama persis dengan tahun 1927, dimana tiang telepon berada di sebelah timur jalan.
Kemudian kalau dilihat dari pakaian orang-orang yang ada di dalam foto tersebut, besar kemungkinan mereka adalah masyarakat yang berasal dari Madura (etnis Madura) dan Jawa. Hal ini dapat kita lihat terdapatnya seorang yang berselimut sarung dan berkopiah (akok bukok), sebuah kebiasaan orang madura di musim dingin. Selain itu juga terdapat orang yang sedang memikul keranjang dengan posisi talinya memanjang hingga keranjangnya hampir menyentuh tanah. Jenis keranjang seperti ini saat ini dapat kita temui dari pedagang-pedagang dari etnis Madura yang menjual pisang, bunga yang berada di Pasar Tanjung Jember.

naah, gimana? panjang bingit kan? besok-besok gua kasih part 2 dan seterusnya yaa :)

sumber: https://www.facebook.com/groups/247350298663897/permalink/708975032501419/

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer